Senin, 23 Mei 2011

Proyek Industri Otomotif Mobil Nasional

Melihat kegagalan demi kegagalan yang dialami oleh berbagai proyek mobnas sebelumnya membuat pimpinan Java Motor, Andi Iman Loebis terfikir untuk melanjutkan impian mobil nasional tersebut. Dalam suatu kesempatan bertemu dengan Rahardi Ramelan, Andi mengajukan inisiatif berupa usulan agar pemerintah Indonesia bekerjasama dengan Rover grup dari Inggris untuk melanjutkan proyek mobnas itu. Hal ini dilakukannya berdasarkan pengalaman Java Motor yang pernah memproduksi prototype jeep “Banteng” yang berbasis dari kendaraan “Land Rover”.

Singkatnya, melalui pendekatan dengan berbagai kalangan di pemerintahan, dukungan diperoleh dan hal ini membuat pihak Java Motor kemudian melakukan pendekatan pada pihak Rover group di Inggris dan pihak Rover grup menyambut baik usulan ini. Hasil survey marketing tim Java Motor menyarankan agar mobnas tersebut haruslah kompak, irit, moderen dan murah. Atas dasar itulah, Rover grup menyarankan mobil tipe Rover 100 untuk dikembangkan menjadi program mobil nasional yang dikehendaki pihak pemerintah Indonesia.

November 1993, Habibie kembali ke Inggris untuk membicarakan masalah detil dari disain mobnas tersebut. Pertemuan diakhiri dengan ditanda tanganinya Memorandum of Understanding yang menunjuk Rover sebagai rekanan tehnologi untuk secara bersama-sama mengembangkan mobnas tersebut yang direncanakan untuk dijual ke pasar pada September 1997. Akhir Oktober 1994, model ukuran penuh mobnas tersebut dipresentasikan di hadapan Menristek BJ Habibie. Kerjasama antara pemerintah Indonesia dan Rover grup kemudian lebih diformalkan lagi dengan ditandatanganinya persetujuan kerja sama di London pada 22 Desember 1994

Model pertama mobnas yang lalu diberi nama “Maleo” tersebut akhirnya tiba di Indonesia dan segera memicu pro dan kontra. Pihak yang pro menyatakan duku ngannya, sementara yang kontra menganggap proyek mobnas tersebut tak akan sukses, atau kalau bisa, gagal. Saat itulah disadari bahwa proyek tersebut memerlukan dukungan politis dari pemerintah. Maka clay model itu pun segera dipresentasikan di hadapan para menteri dan Habibie meminta dukungan presiden Suharto. Dukungan presiden akhirnya berhasil diperoleh pada pertengahan Februari 1995

Pokok Masalah

Salah persoalan yang banyak mengganjal sejumlah kalangan dalam industri otomotif dan juga sebagian masyarakat Indonesia adalah tingginya ketergantungan Indonesia kepada pihak prinsipal mobil sebagai pemilik merek. Selama puluhan tahun tergantung pada pihak prinsipal, sejumlah kalangan pelaku otomotif dan masyarakat Indonesia sebenarnya menginginkan adanya “mobil nasional” (mobnas) bagi Indonesia

Berbagai upaya kemudian dilakukan untuk mewujudkan impian ini. Berbagai gagasan mobil nasional datang silih berganti. Awalnya, program mobnas ini pernah akan diluncurkan oleh VW pada tahun 1974-75 dengan nama Mitra(Mobil Transportasi Rakyat). Akan tetapi proyek ini gagal karena tidak adanya dukungan dari pihak prinsipal. Selanjutnya muncul pula peluncuran mobil merek MR 90 dari pihak Suzuki dibawah Subronto Laras. Ini pun tidak berhasil, oleh karena beberapa hal: tehnologinya obsolete (usang), serta type nya yang tidak sesuai dengan gaya hidup orang Indonesia yang dikenal fancy itu

Dalam skala negara, proyek Mobnas yang sesungguhnya adalah program mobil “Maleo”. Secara kualitatif, diakui tidak ada mobnas sebaik “Maleo” yang berkapasitas 1000 ccitu. Namun meski memiliki segenap daya dukung yang mencakup berbagai elemen industri nasional, “Maleo” gagal diluncurkan oleh sebab-sebab yang tidak jelas. Sebagai gantinya, pemerintah kemudian kemudian memunculkan mobil “Timor” yang berada dibawah payung PT Timor Putra Nasional, sebuah perusahaan yang dimiliki oleh Tommy Soeharto, putra ketiga presiden Soeharto.

Kegagalan diluncurkannya “Maelo” dan digantikannya dengan “Timor” adalah sebagai salah contoh intervensi Soeharto sebagai bagian dari struktur dan anak-anaknya yang telah menjadi pusat struktur baru



http://www.pangisyarwi.com/index.php?option=com_content&view=article&id=83:intervensi-elit-dalam-industri-otomotif-studi-kasus-mobil-nasional-maleo&catid=8&Itemid=103